BAB I
SEJARAH PENCAK
SILAT
1.1.
Asal-Usul Berdirinya Pencak Silat
Pencak silat adalah seni bela diri asli dari
Indonesia yang umurnya sudah berabad-abad dan diwariskansecara turun-temurun.
Menurut Prof. Dr. Porbo Caroko dalam bukunya “ Pencak Silat Diteropong dari Sudut Kebangsaan Indonesia”. Sedangkan
menurut Mr. Wongso Negoro pencak adalah gerak serang bela yang berupa tari dan
berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu yang biasanya untuk
pertunjukan umum.
Silat adalah inti sari dari pencak untuk berkelahi
membela diri mati-matian yang tidak dapat dipertunjukkan di depan umum.
1.2.
Ciri Gerakan Pencak Silat Indonesia
Pencak silat berkembang terpadu dalam kehidupan dan
budaya rakyat sehingga merupakan bagian adat istiadat tradisional suku bangsa
Indonesia. Beberpa daerah pencak silat masih memegang peranan penting dalam
kegiatan upacara adat dan dijaga kelestariannya melalui sesepuh-sesepuh
masyarakat setempat.
Walaupun terdapat berbagai aliran pencak silat di
Indonesia namun pada dasarnya memiliki ciri-ciri yang sama yaitu:
1.
Bersifat halus,
lemas dan lentur dengan menggunakan tenaga pada saat-saat tertentu.
2.
Tidak
membutuhkan banyak ruangan.
3.
Lebih
mengutamakan mengelak, memindahkan serangan serangan lawan dan mengunci,
daripada membenturkan tenaga.
4.
Banyak
menggunakan tenaga lawan dengan memanfaatkan keseimbangan badan sehingga dapat
menghemat tenaga.
5.
Sikap tangan
selalu dekat dengan badan, kecuali pada saat melakukan serangan.
6.
Gerakan kaki,
angkatan dari tendangan tidak terlalu tinggi, dan tidak banyak permaian tengah
dan bawah.
7.
Pernafasan wajar
dan tidak banyak menggunakan suara.
8.
Banyak tarian
dalam langkah dan ringan.
9.
Sikap dan
pasangan yang tenang dan santai tetapi tetap waspada.
10. Mempergunakan kecepatan gerak dan kelincahan, serta
ketepatan waktu dan sasaran.
Meskipun ada ciri-ciri umum yang telah disebutkan
diatas setiap daerah mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh pengaruh
budaya, keadaan wilayah dan kepribadian, pendidikan setempat.
BAB II
SEJARAH PERSAUDARAAN
SETIA HATI TERATE
2.1. Sejarah Berdirinya Setia Hati
Setia
Hati didirikan oleh “Ki Ngabei Soero Diwiryo”. Diawali berdirinya Sedulur
Tunggal Kecer pada tahun 1903 di kampung Tambak Gringsing. Ki Ngabei Soero
Diwiryo mempunyai nama kecil yaitu Mas Dhan. Beliau keturunan Bupati Gresik,
ayahnya bernama Ki Ngabei Soero Miharjo mantri cacar di daerah Jombang,
mempunyai 5 (lima) putra:
- Mas Dhan
- Noto/Gunadi tinggal di Surabaya
- Suradi/Adi tinggal di Aceh
- Wongso Hardjo tinggal di Madiun
- Karto Diwiryo tinggal di Jombang
Saudara laki-laki ayahnya bernama Ki Ngabei Soero
Amiprojo sebagai wedono di Wonokromo Surabaya. Saudara sepupunya yaitu RM.
Kusumo Dinoto sebagai Bupati Kediri. Seluruh keluarga ini keturunan dari
Bethoro Kathong di Ponorogo, putra Raja Brawijaya di Mojopahit.
Tahun 1885, Beliau pindah di Bandung dan magang di
kantor kontrolir di kota Bandung dan belajar pencak silat yang merupakan dasar
kegemaran beliau untuk memperdalam pencak silat dari pendekar-pendekar:
Priyangan dapat menghimpun jurus-jurus:
1.
Cimande
2.
Cikalong
3.
Cipete
4.
Cibedheyut
5.
Cimalaya
6.
Ciampas
7.
Sumedangan
Tahun 1886, beliau pindah ke Betawi dan memperdalam
pencak silat disana dan mendapat jurus-jurus:
-
Betawen
-
Kwitang
-
Monyetan
-
Permainan toya
-
Tahun 1887, beliau pindah pekerjaan di kantor
kontrolir padang, beliau berguru pada Datuk Raja Baduwo di Ampelange Kec. Pauh
kota Padang daerah Sumatra Selatan. Setelah Datuk Raja Baduwo meninngal dan
digantikan oleh adik dari Datuk Baduwo, pada beliau berdua Ki Ngabei Soero
Diwiryo belajar selama 10 tahun dan mendapat jurus-jurus:
-
Bungus
-
Sport de Kock
-
Alang lawas
-
Klinto
-
Alang lipe
-
Strelak
Tahun 1898, beliau bersama istrinya pindah ke Aceh,
bersama adiknya belajar pencak silat pada Tengku Achmad Brahim dan mendapat
jurus-jurus:
-
Langsa
-
Simpangan
-
Kucingan
-
Ginjai
-
Taruntung
2.2. Berdirinya PSHT
Setia Hai Terate didirikan oleh Ki Hadjar Hardjo
Oetomo di desa Pilangbangau Madiun. Ki Hadjar lahir di Madiun pada tahun 1890,
Beliau merupakan seorang perintis kemerdekaan
Republik Indonesia.
Tahun 1917, Beliau berguru kepada Ki
Ngabei Soero Diwiryo dan menjadi murid kesayangan dari Ki Ngebei Soero Diwiryo.
Tahun 1923, beliau masuk Serikat
Islam mengadakan kegiatan politik, lalu ditangkap Belanda dalam tahanan di
Madiun dan ayahnya meninggal.
Tahun 1924 atas ijin Ki Ngabei
beliau mendirikan pencak silat SH di Pilangbangau Madiun dengan nama “Pencak
Silat Sport Club”. Dengan kegiatan tersebut beliau sering keluar masuk tahanan,
karena sering ditangkap Belanda beliau dituduh sebagai pemberontak terhadap pemirintah
Belanda pada saat itu SH Pilangbangau dicurigai oleh Belanda sabagai tempat
berkumpulnya para patriot Indonesia untuk melawan Belanda. Lalu nama SH untuk
mengelabui Belanda diganti PSC (Pemuda Sport Club).
Pada tahun 1942, pada masa
pendudukan Jepang atas usul dari saudara SH PSC yaitu Suratno Soerengpati nama
PSC diganti dengan Setia Hati Terate sampai
sekarang.
Tahun 1948, atas usul saudara
Soetomo Mangku Joyo, Saudara Jendro Darsono, Saudara Sumaji diadakan konverensi
Setia Hati Terate yang pertama di Pilangbangau di rumah Bapak Hardjo Utomo
dengan hasil:
Ketua pusat :
Sdr. Soetomo Mangku Joyo
Wakil ketua :
Sdr. Jendro Darsono
Sekretaris :
Sdr. Soemaji
Pada tahun 1950, karena saudara
Soetomo Mangku Joyo pindah ke Surabaya dan saudara Jendro Darsono pindah di
Kediri, pimpinan pusat dipegang oleh saudara Ersad, sekretaris oleh saudara
Bambang Soedarsono.
Tahun 1952, Ki Hadjar Hardjo Utomo
meninggal. Saudara Ersad adalah pencipta senam toya 1-20 dan senam dasar 1-90.
BAB III
KEPEMIMPINAN
3.1.
Kepemimpinan PSHT
Menurut
Dewan Pusat PSHT (Mas Imam) kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan
membimbing untuk memperoleh ketaatan yang ikhlas penghargaan dan bantuan serta
kerja sama yang ikhlas yang kesemuanya diperlukan untuk terpenuhinya semua
tugas pokok.
Menurut
Mas Bambang kepemimpinan adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang
dalam mempengaruhi orang lain/sekelompok orang untuk menuruti kehendaknya guna
menuju sasaran yang disepakati. Untuk itulah seorang pemimpin yang baik harus
dapat mengenal dirinya sendiri, stafnya, situasi, dan lingkungannya atau dimana
organisasi berada.
3.2.
Bentuk dan Tipe Pemimpin Dalam Suatu Kelompok
- Tipe Otokratis
Mempunyai sifat:
a.
Menganggap
organisasi sebagai milik pribadi
b.
Menyamakan
tujuan priadi dengan tujuan organisasi
c.
Menganggap
bawahan sebagai alat semata-mata
d.
Tidak mau
menerima kritik saran dan pendapat bawahannya
e.
Terlalu
tergantung pada kekuasaan formalnya
f.
Dalam tindakan
penggerakannya sering menggunakan cara paksaan dan menghukum.
- Tipe Militeris
Mempunyai sifat:
a.
Di dalam
menggerakan bawahannya system perintah
b.
Senang kepada
formalitas yang berlebihan dan melihat status pangkat dan golongan
c.
Menuntut
disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya
d.
Sukar menerima
kritik dari bawahannya.
- Tipe Paternalistis
Mempunyai sifat:
a.
Dalam proses
menggerakan bawahannya selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah
makhluk yang mulia (menghargai hak asasi manusia)
b.
Selalu berusaha
mensinkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan
pribadi bawahan
c.
Senang menerima
saran, kritik dan pendapat dari bawahan
d.
Selalu berusaha
mengutamakan kerjasama dalam lingkungan usahanya untuk mencapai suau tujuan
e.
Ikhlas
memberikan kebebasan yang luas pada bawahannya untuk berbuat salah yang
kemudian dibimbing untuk diperbaiki agar lebih berani dalam melaksanakan
tugas/program kerja dan kegiatan lain
f.
Berusaha
menjadikan bawahannya sukses dari padanya
g.
Berusaha
mengembangkan kapasitas dan kemampuan pribadinya sebagai pemimpin dan
bawahannya.
3.3.
Azas dan Fungsi Kepemimpinan
Azas kepemimpinan yang baik adalah:
Kepemimpinan
yang mengandung kebenaran fundamental yang digali dari kepribadian/kebudayaan
bangsanya.
Oleh
sebab itu azas kepemimpinan yang ada di Indonesia haruslah berlandaskan
falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila (mencerminkan nilai-nilai luhur
Pancasila).
Manifestasi
kepemimpinan Pancasila dijabarkan dalam 11 asasi:
1.
Taqwa
Bertaqwa kepada Tuhan YME dengan sesungguhnya
sehingga selalu ikhlas dan tunduk serta taat pada segala perintahNya dan
laranganNya. Dengan taqwa ini seorang pemimpin dapat menjadi tuntutan bahagia
dan bergembira yang sekaligus dapat terpenuhi kewajibannya dan amanah dari
Allah SWT dan amanah dari manusia yang memberikan kepercayaannya.
2.
Ing Ngarso Sung Tulodo
Seorang pemimpin harus berdiri di depan dan memberi
contoh tauladan yang baik, menjauhkan diri dari perilaku yang tak hormat.
3.
Ing Madya Mbangun Karsa
Seorang pemimpin harus ikut bergiat serta menggugah
semangat anak buahnya melalui hubungan dan dialog yang akrab, kekeluargaan
terbuka, obyektif, dan saling pengertian.
4.
Tut Wuri Handayani
Seorang pemimpin memberikan dorongan dan
mempengaruhi dari belakang dan menjauhkan sikap sewenang-wenang agar anak
buahnya lebih bisa berprestasi.
5.
Waspada Purbowasesa
Seorang pimimpin selalu waspada serta sanggup dan
berani memberikan koreksi yang benar pada anak buahnya, selalu berusaha
mencegah pengaruh-pengaruh negatifi yang
dapat merusak mental moral maupun disiplin anggota serta harus dapat melihat anak
buahnya yang mempunyai dedikasi yang tinggi dan berprestasi yang baik.
6.
Ambek Paramarta
Seorang pemimpin harus dapat memilih dengan tepat
mana yang harus dilakukan, yang harus mendapat prioritas di dalam melaksanakan
program kerjanya. Azas ini mengandung prinsip ekonomis, efektif dan efisien
untuk dapat mengambil tindakan yang tepat dan dengan resiko yang kecil.
7.
Prasojo
Seorang pemimpin mempunyai perilaku, tingkah laku
yang berlebihan, kreatif dalam berpikir
dan mampu menangani segala permasalahan yang dihadapi.
8.
Setia
Seorang pemimpin harus mempunyai sikap loyal/rela
berkorban demi bawahan dan organisasi.
9.
Gemi Nastiti
Seorang pemimpin harus dapat membatasi penggunaan
dan pengeluaran keuangan organisasi pada kepentingan yang tidak benar-benar diperlukan.
10.
Bloko
Seorang pemimpin mempunyai kerelaan, keberanian
untuk mempertanggung jawabkan segala tindakan, berani mengakui kesalahan,
mempunyai watak satria/tidak menutupi kekurangan ataupun kesalahan.
11.
Legowo
Mempunyai kemampuan dengan rela ikhlas pada saatnya
menyerahkan tanggung jawab dan kedudukan dapa generasi berikutnya. Jabatan
seorang pemimpin tidak aka nada garansi untuk dipertahankan secara abadi.
3.4.
Norma atau Ciri-Ciri Pemimpin Yang Baik
Untuk
menjadi pemimpin yang aik seharusnya mempunyi kelebihan sikap tertentu diatas
orang yang dipimpinya yaitu meliputi pemikiran dan rasio/penalaran rohani dan
jasmani.
Norma ciri-ciri
pemimpin yang baik:
1.
Berwibawa
2.
Jujur
3.
Terpercaya
4.
Bijaksana
5.
Mengayomi
6.
Berani mawas
diri
7.
Mampu melihat
jauh kedepan
8.
Berani dan mampu
mengatasi kesulitan
9.
Bersikap wajar,
tegas dan tanggung jawab atas keputusan yang diambil
10. Sederhana penuh pengabdian pada tugas dan kewajiban
11. Mempunyai sifat ingin tahu, mendorong untuk banyak
berpikir atau belajar pada bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.
0 komentar:
Posting Komentar