Senin, 11 Januari 2016

Sejarah Pencak Silat PSHT






BAB I
SEJARAH PENCAK SILAT

1.1.            Asal-Usul Berdirinya Pencak Silat
Pencak silat adalah seni bela diri asli dari Indonesia yang umurnya sudah berabad-abad dan diwariskansecara turun-temurun. Menurut Prof. Dr. Porbo Caroko dalam bukunya “ Pencak Silat Diteropong  dari Sudut Kebangsaan Indonesia”. Sedangkan menurut Mr. Wongso Negoro pencak adalah gerak serang bela yang berupa tari dan berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu yang biasanya untuk pertunjukan umum.
Silat adalah inti sari dari pencak untuk berkelahi membela diri mati-matian yang tidak dapat dipertunjukkan di depan umum.

1.2.            Ciri Gerakan Pencak Silat Indonesia
Pencak silat berkembang terpadu dalam kehidupan dan budaya rakyat sehingga merupakan bagian adat istiadat tradisional suku bangsa Indonesia. Beberpa daerah pencak silat masih memegang peranan penting dalam kegiatan upacara adat dan dijaga kelestariannya melalui sesepuh-sesepuh masyarakat setempat.
Walaupun terdapat berbagai aliran pencak silat di Indonesia namun pada dasarnya memiliki ciri-ciri yang sama yaitu:
1.      Bersifat halus, lemas dan lentur dengan menggunakan tenaga pada saat-saat tertentu.
2.      Tidak membutuhkan banyak ruangan.
3.      Lebih mengutamakan mengelak, memindahkan serangan serangan lawan dan mengunci, daripada membenturkan tenaga.
4.      Banyak menggunakan tenaga lawan dengan memanfaatkan keseimbangan badan sehingga dapat menghemat tenaga.
5.      Sikap tangan selalu dekat dengan badan, kecuali pada saat melakukan serangan.
6.      Gerakan kaki, angkatan dari tendangan tidak terlalu tinggi, dan tidak banyak permaian tengah dan bawah.
7.      Pernafasan wajar dan tidak banyak menggunakan suara.
8.      Banyak tarian dalam langkah dan ringan.
9.      Sikap dan pasangan yang tenang dan santai tetapi tetap waspada.
10.  Mempergunakan kecepatan gerak dan kelincahan, serta ketepatan waktu dan sasaran.
Meskipun ada ciri-ciri umum yang telah disebutkan diatas setiap daerah mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh pengaruh budaya, keadaan wilayah dan kepribadian, pendidikan setempat.






BAB II
SEJARAH PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE

2.1.      Sejarah Berdirinya Setia Hati
            Setia Hati didirikan oleh “Ki Ngabei Soero Diwiryo”. Diawali berdirinya Sedulur Tunggal Kecer pada tahun 1903 di kampung Tambak Gringsing. Ki Ngabei Soero Diwiryo mempunyai nama kecil yaitu Mas Dhan. Beliau keturunan Bupati Gresik, ayahnya bernama Ki Ngabei Soero Miharjo mantri cacar di daerah Jombang, mempunyai 5 (lima) putra:
  1. Mas Dhan
  2. Noto/Gunadi               tinggal di Surabaya
  3. Suradi/Adi                  tinggal di Aceh
  4. Wongso Hardjo           tinggal di Madiun
  5. Karto Diwiryo             tinggal di Jombang

Saudara laki-laki ayahnya bernama Ki Ngabei Soero Amiprojo sebagai wedono di Wonokromo Surabaya. Saudara sepupunya yaitu RM. Kusumo Dinoto sebagai Bupati Kediri. Seluruh keluarga ini keturunan dari Bethoro Kathong di Ponorogo, putra Raja Brawijaya di Mojopahit.
Tahun 1885, Beliau pindah di Bandung dan magang di kantor kontrolir di kota Bandung dan belajar pencak silat yang merupakan dasar kegemaran beliau untuk memperdalam pencak silat dari pendekar-pendekar:
Priyangan dapat menghimpun jurus-jurus:
1.      Cimande
2.      Cikalong
3.      Cipete
4.      Cibedheyut
5.      Cimalaya
6.      Ciampas
7.      Sumedangan

Tahun 1886, beliau pindah ke Betawi dan memperdalam pencak silat disana dan mendapat jurus-jurus:
-          Betawen
-          Kwitang
-          Monyetan
-          Permainan toya
-           
Tahun 1887, beliau pindah pekerjaan di kantor kontrolir padang, beliau berguru pada Datuk Raja Baduwo di Ampelange Kec. Pauh kota Padang daerah Sumatra Selatan. Setelah Datuk Raja Baduwo meninngal dan digantikan oleh adik dari Datuk Baduwo, pada beliau berdua Ki Ngabei Soero Diwiryo belajar selama 10 tahun dan mendapat jurus-jurus:
-          Bungus
-          Sport de Kock
-          Alang lawas
-          Klinto
-          Alang lipe
-          Strelak
Tahun 1898, beliau bersama istrinya pindah ke Aceh, bersama adiknya belajar pencak silat pada Tengku Achmad Brahim dan mendapat jurus-jurus:
-          Langsa
-          Simpangan
-          Kucingan
-          Ginjai
-          Taruntung

2.2.      Berdirinya PSHT

            Setia Hai Terate didirikan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo di desa Pilangbangau Madiun. Ki Hadjar lahir di Madiun pada tahun 1890, Beliau merupakan seorang perintis kemerdekaan  Republik Indonesia.
            Tahun 1917, Beliau berguru kepada Ki Ngabei Soero Diwiryo dan menjadi murid kesayangan dari Ki Ngebei Soero Diwiryo.
            Tahun 1923, beliau masuk Serikat Islam mengadakan kegiatan politik, lalu ditangkap Belanda dalam tahanan di Madiun dan ayahnya meninggal.
            Tahun 1924 atas ijin Ki Ngabei beliau mendirikan pencak silat SH di Pilangbangau Madiun dengan nama “Pencak Silat Sport Club”. Dengan kegiatan tersebut beliau sering keluar masuk tahanan, karena sering ditangkap Belanda beliau dituduh sebagai pemberontak terhadap pemirintah Belanda pada saat itu SH Pilangbangau dicurigai oleh Belanda sabagai tempat berkumpulnya para patriot Indonesia untuk melawan Belanda. Lalu nama SH untuk mengelabui Belanda diganti PSC (Pemuda Sport Club).
            Pada tahun 1942, pada masa pendudukan Jepang atas usul dari saudara SH PSC yaitu Suratno Soerengpati nama PSC diganti dengan Setia Hati Terate sampai sekarang.
            Tahun 1948, atas usul saudara Soetomo Mangku Joyo, Saudara Jendro Darsono, Saudara Sumaji diadakan konverensi Setia Hati Terate yang pertama di Pilangbangau di rumah Bapak Hardjo Utomo dengan hasil:
Ketua pusat           : Sdr. Soetomo Mangku Joyo
Wakil ketua           : Sdr. Jendro Darsono
Sekretaris              : Sdr. Soemaji

            Pada tahun 1950, karena saudara Soetomo Mangku Joyo pindah ke Surabaya dan saudara Jendro Darsono pindah di Kediri, pimpinan pusat dipegang oleh saudara Ersad, sekretaris oleh saudara Bambang Soedarsono.
            Tahun 1952, Ki Hadjar Hardjo Utomo meninggal. Saudara Ersad adalah pencipta senam toya 1-20 dan senam dasar 1-90.












BAB III
KEPEMIMPINAN

3.1.            Kepemimpinan PSHT
Menurut Dewan Pusat PSHT (Mas Imam) kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan membimbing untuk memperoleh ketaatan yang ikhlas penghargaan dan bantuan serta kerja sama yang ikhlas yang kesemuanya diperlukan untuk terpenuhinya semua tugas pokok.
Menurut Mas Bambang kepemimpinan adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang dalam mempengaruhi orang lain/sekelompok orang untuk menuruti kehendaknya guna menuju sasaran yang disepakati. Untuk itulah seorang pemimpin yang baik harus dapat mengenal dirinya sendiri, stafnya, situasi, dan lingkungannya atau dimana organisasi berada.

3.2.            Bentuk dan Tipe Pemimpin Dalam Suatu Kelompok
  1. Tipe Otokratis
Mempunyai sifat:
a.       Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
b.      Menyamakan tujuan priadi dengan tujuan organisasi
c.       Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
d.      Tidak mau menerima kritik saran dan pendapat bawahannya
e.       Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya
f.       Dalam tindakan penggerakannya sering menggunakan cara paksaan dan menghukum.

  1. Tipe Militeris
Mempunyai sifat:
a.       Di dalam menggerakan bawahannya system perintah
b.      Senang kepada formalitas yang berlebihan dan melihat status pangkat dan golongan
c.       Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya
d.      Sukar menerima kritik dari bawahannya.



  1. Tipe Paternalistis
Mempunyai sifat:
a.       Dalam proses menggerakan bawahannya selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk yang mulia (menghargai hak asasi manusia)
b.      Selalu berusaha mensinkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi bawahan
c.       Senang menerima saran, kritik dan pendapat dari bawahan
d.      Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dalam lingkungan usahanya untuk mencapai suau tujuan
e.       Ikhlas memberikan kebebasan yang luas pada bawahannya untuk berbuat salah yang kemudian dibimbing untuk diperbaiki agar lebih berani dalam melaksanakan tugas/program kerja dan kegiatan lain
f.       Berusaha menjadikan bawahannya sukses dari padanya
g.      Berusaha mengembangkan kapasitas dan kemampuan pribadinya sebagai pemimpin dan bawahannya.

3.3.            Azas dan Fungsi Kepemimpinan
Azas kepemimpinan yang baik adalah:
Kepemimpinan yang mengandung kebenaran fundamental yang digali dari kepribadian/kebudayaan bangsanya.
Oleh sebab itu azas kepemimpinan yang ada di Indonesia haruslah berlandaskan falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila (mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila).
Manifestasi kepemimpinan Pancasila dijabarkan dalam 11 asasi:
1.      Taqwa
Bertaqwa kepada Tuhan YME dengan sesungguhnya sehingga selalu ikhlas dan tunduk serta taat pada segala perintahNya dan laranganNya. Dengan taqwa ini seorang pemimpin dapat menjadi tuntutan bahagia dan bergembira yang sekaligus dapat terpenuhi kewajibannya dan amanah dari Allah SWT dan amanah dari manusia yang memberikan kepercayaannya.
2.      Ing Ngarso Sung Tulodo
Seorang pemimpin harus berdiri di depan dan memberi contoh tauladan yang baik, menjauhkan diri dari perilaku yang tak hormat.
3.      Ing Madya Mbangun Karsa
Seorang pemimpin harus ikut bergiat serta menggugah semangat anak buahnya melalui hubungan dan dialog yang akrab, kekeluargaan terbuka, obyektif, dan saling pengertian.
4.      Tut Wuri Handayani
Seorang pemimpin memberikan dorongan dan mempengaruhi dari belakang dan menjauhkan sikap sewenang-wenang agar anak buahnya lebih bisa berprestasi.
5.      Waspada Purbowasesa
Seorang pimimpin selalu waspada serta sanggup dan berani memberikan koreksi yang benar pada anak buahnya, selalu berusaha mencegah  pengaruh-pengaruh negatifi yang dapat merusak mental moral maupun disiplin anggota serta harus dapat melihat anak buahnya yang mempunyai dedikasi yang tinggi dan berprestasi yang baik.
6.      Ambek Paramarta
Seorang pemimpin harus dapat memilih dengan tepat mana yang harus dilakukan, yang harus mendapat prioritas di dalam melaksanakan program kerjanya. Azas ini mengandung prinsip ekonomis, efektif dan efisien untuk dapat mengambil tindakan yang tepat dan dengan resiko yang kecil.
7.      Prasojo
Seorang pemimpin mempunyai perilaku, tingkah laku yang berlebihan, kreatif  dalam berpikir dan mampu menangani segala permasalahan yang dihadapi.
8.      Setia
Seorang pemimpin harus mempunyai sikap loyal/rela berkorban demi bawahan dan organisasi.
9.      Gemi Nastiti
Seorang pemimpin harus dapat membatasi penggunaan dan pengeluaran keuangan organisasi pada kepentingan yang tidak benar-benar diperlukan.
10.  Bloko
Seorang pemimpin mempunyai kerelaan, keberanian untuk mempertanggung jawabkan segala tindakan, berani mengakui kesalahan, mempunyai watak satria/tidak menutupi kekurangan ataupun kesalahan.
11.  Legowo
Mempunyai kemampuan dengan rela ikhlas pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan kedudukan dapa generasi berikutnya. Jabatan seorang pemimpin tidak aka nada garansi untuk dipertahankan secara abadi.

3.4.            Norma atau Ciri-Ciri Pemimpin Yang Baik
Untuk menjadi pemimpin yang aik seharusnya mempunyi kelebihan sikap tertentu diatas orang yang dipimpinya yaitu meliputi pemikiran dan rasio/penalaran rohani dan jasmani.
Norma ciri-ciri pemimpin yang baik:
1.      Berwibawa
2.      Jujur
3.      Terpercaya
4.      Bijaksana
5.      Mengayomi
6.      Berani mawas diri
7.      Mampu melihat jauh kedepan
8.      Berani dan mampu mengatasi kesulitan
9.      Bersikap wajar, tegas dan tanggung jawab atas keputusan yang diambil
10.  Sederhana penuh pengabdian pada tugas dan kewajiban
11.  Mempunyai sifat ingin tahu, mendorong untuk banyak berpikir atau belajar pada bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.

0 komentar:

Posting Komentar